Jika dulunya batik identik dengan pakaian tradisional Indonesia, khususnya Jawa, maka sekarang batik sudah bertransformasi menjadi beragam bentuk pakaian yang disesuaikan dengan tren saat ini. Kini sudah banyak disainer Indonesia yang kembali menghidupkan batik dalam berbagai bentuk fesyen yang stylish namun tetap mempertahankan keanggunannya.
Awalnya, batik merupakan pakaian keluarga keraton, namun kemudian berkembang menjadi pakaian yang digemari oleh seluruh rakyat. Lalu akibat adanya peperangan, maka banyak keluarga raja yang mengungsi atau menetap di daerah-daerah baru antara lain Banyumas, Pekalongan, dan daerah-daerah lainnya. Itulah yang kemudian membuat batik berkembang ke seluruh pelosok Jawa dan menyesuaikan dengan kondisi di daerah masing-masing.
Batik Solo, misalnya, dikenal dengan corak dan pola yang masih mempertahankan unsur tradisional, dengan pewarnaan yang masih memakai bahan-bahan asli seperti Soga Jawa. 'Sidomukti' dan 'Sidoluruh' adalah pola yang sangat terkenal dari batik Solo.
Pada tahun 1840 sampai 1910, batik mengalami akulturasi dengan budaya Belanda pada motif dan warnanya. Cerita-cerita yang berasal dari barat seperti, Putri Salju, Si Topi Merah, menjadi favorit di zaman itu. Batik Belanda ini berakhir menjelang era kekuasaan Jepang, tahun 1940. Batik Jepang kemudian menyusul dengan motif aneka bunga bergaya Jepang yang dipadukan dengan motif tradisional. Warna-warna batik jenis ini cenderung cerah sehingga menimbulkan kesan ceria.
Di wilayah barat, batik berkembang ke daerah Bayumas, Pekalongan, Tegal, dan Cirebon. Motif-motif di daerah inipun telah dipengaruhi juga oleh berbagai budaya bangsa lain, seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu, dan Jepang. Misalnya saja Batik Encim, yang mungkin cukup sering kita dengar saat ini, dipengaruhi oleh peranakan Cina, begitu pula dengan Batik Klenengan. Batik Jlamprang dengan motif yang dipengaruhi oleh budaya India dan Arab.
Di kota Semarang, batik yang berkembang juga banyak dipengaruhi oleh budaya Cina, dengan motif naturalis seperti ikan, kupu-kupu, pohon, bunga, dan sebagainya. Motif-motif naturalis juga dimiliki oleh batik asal Pekalongan. Dari Cirebon, motif-motif khas seperti hutan dan binatang yang lebih banyak muncul, sedangkan motif laut muncul karena pengaruh budaya Cina. Dan jika Anda pernah melihat batik dengan motif burung garuda, maka itu adalah batik dari Yogyakarta dan Solo.
Hingga kini, batik telah diekspor ke berbagai penjuru dunia seperti Malaysia, Jepang, Timur Tengah, Eropa Timur, Afrika, dan sebagainya. Ekspor produk batik dari industri kecil dan menengah secara nasional pada tahun 2003 mencapai US$ 460,43 juta. Dan khusus untuk batik Pekalongan, ekspornya pada tahun 2006 mencapai US$ 2,087 miliar!
Dengan motif kain yang indah dan anggun, kita dapat menghasilkan berbagai macam model busana yang anggun namun tetap stylish. Nah, punya rencana seru untuk batik Anda?